kebodohan
ini harus segera diakhiri
sebelum
aku benar-benar mati
aku
generasi yang patah hati
terlahir
dengan kondisi dunia yang seperti ini
“aku
generasi yang patah hati, aku harus nana..nana..nannaa.....”
Ahh...
suara rick yang bagaikan winamp yang
sedang error telah menganggu acara ritualku, mendengarkan lagu-lagu sheila on
7. Belum lagi bau mulutnya yang tak pernah dia keramasi (baca: gosok), menambah
aku muak kepadanya---bikin aku rasanya mau muntah.
“kau
tau Boi, suara aku ini, sebelas-duabelas sama duta shela on tuju mu itu boi.”
“JAUH...!!!!”
“hahahaha...
tenang lah boi, nggak usah ngambek gitu, aku pergi sekarang.” Rick lalu pergi
meninggalkan ku dengan penuh kepuasan.
Baguslah
fikirku.
“sudah-sudah
sana pergi, gangguin orang saja kau Rick.” Ucapku kesal.
Sebenarnya
aku tak bermaksud mengusirnya. aku maklum dengan perbuatan Rick tadi. Dia
samahalnya sepertiku, hanya ingin mengusir kejenuhan—hanya saja caranya yang
aku tidak suka. Aku, Rick, dan teman-temanku sekarang ini dalam persiapan melewati
zaman peralihan orde lama ke orde baru, era Bung Karno ke Pak Harto, masa SMA
ke masa kuliah. Yah, kami murid-murid kelas XII SMA Negeri 1 Tanjung sedang
menjalani ritual tahunan, persiapan menghadapi Ujian Nasional (UN).
Wajar
bila saat ini suasana kelas kami dipenuhi wajah-wajah UN. Wajah orang-orang
yang jenuh berpacaran dengan soal-soal try out, lalu mencoba mencari hiburan
lain. Rick misalnya, dia sengaja berjalan-jalan dari satu meja ke meja dengan
membawa tampang liciknya, dengan satu tujuan, mengganggu kenyamanan umum.
Setelah
puas mengangguku tadi, Target Rick selanjutnya adalah Kai-cowok stay
cool yang pemalas. Dia sedang asik bercengkrama
dengan dua kaum hawa paling oke di
kelas kami. Karen, Cewek paling cantik dan modis di kelas kami, julukan Cheryl
Tweedy pun disematkan padanya. Dan Pacarnya
Pupuri, gadis manja yang dari analisisku mengalami gangguan emosi dan tingkah
laku (GETL). Karena sifat manja-nya membutuhkan layanan khusus.
Mereka
bertiga pun tak luput dari sensor Rick. Dia sengaja menguap-nguap sembarangan.
Tentu saja itu membuat ketiganya kesal. Pupuri dengan nada manjanya yang khas,
“ihh.. Rick, nyebelin dah. Pupuri kan jadi bau ni.”
Dari
semua penghuni kelas kami yang berjumlah 41 orang, hampir semuanya mendapatkan
jatah kejahilian Rick. Tapi itu tak berlaku pada satu orang. Mary, gadis
misterius di kelas kami. Gadis berkaca mata pendiam yang suka menyendiri dan
banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan sekolah.
Usut
punya usut, ternyata Rick sama halnya sepertiku, berharap Mary mau mengajarinya
matematika. Sehingga dia sengaja melewatkan radar kejahiliannya pada Mary. Dia
tak ingin rencana busuknya itu gagal kalau sampai Mary marah kepadanya. Tengik
sekali aku fikir.
Sebenarnya
Rick bersikap aneh seperti itu bukan tanpa alasan. Dia begitu akibat otaknya
telah offline gara-gara
tadi pagi kita mendapatkan ceramah dhuha dari Bu Ellen, guru matematika kami
yang galak.
“jika
nilai kalian masih berwujud keris mpu gendeng, bebek bakar gosong, ataupun
cacing kepanasan. Saya sarankan jangan berharap lebih lah. Persiapkan saja
untuk bertemu saya lagi tahun depan yah.”
Murid-murid
yang nilainya seperti deskripsi Bu Ellen tadi, dipanggil satu-satu untuk
mendapatkan wejangan khusus. Akupun termasuk didalamnya. Tapi nasibku masih
lebih beruntung dari pada Rick. Meskipun aku masuk garda terdepan yang selalu
mendapatkan wejangan, tapi tak sesial Rick. Hari ini dia mendapatkan wejangan
extra karena hasil try outnya yang berlambang bebek bakar gosong. Tak pelak dia
dicap sebagai murid kesayangan bu Ellen.
“hahahahaha...”
“kenapa
kau Rick? Bukannya sedih dapat nilai jelek, malah ketawa-tawa nggak
jelas.”
“tak
apa Boi, try out selanjutnya aku pasti lolos!” dengan nada penuh keyakinan.
“jangan
lupa, nanti malam kita belajar bersama di rumah anto.”
“Ok
Boi..”
Aku
mencium gelagat mencurigakan. Tak biasanya Rick menyikapi nilai jeleknya
seperti ini. Atau Rick jadi Gila gara-gara selalu gagal dan dimarahi bu Ellen?
Tuhan, Jagalah kawanku ini. Instingku mengatakan dia adalah seseorang yang
mengalami gangguan perilaku akibat kesulitan belajar.
***
February
in special.
Bulan dengan jumlah hari paling sedikit, bulan kasih sayang—bagi kaum tertentu,
juga merupakan bulan yang ditunggu oleh para petani. Karena di bulan inilah
hujan menyemaiakan benih-benih padi yang telah mereka tanam. Dan siang ini,
hujan sepertinya akan membasahi kampung kami. Langit pun sekarang sudah
tampak mendung, tinggal menumpahkan risqi dari langit saja. Tapi hari ini,
langit tak semendung wajahku, Rick dan beberapa teman kami lainnya. Kami lah
makhluk-makhluk yang gagal di ujian try out. Akhir februari benar-benar tak
adil kepada kami.
Pengumuman
hasil try out minggu ini telah ditempel di papan informasi. Setelah try out
sebelumnya lolos, namaku kali ini masuk kedalam daftar belajar
lebih giat lagi. begitu
pula Rick yang telah berlangganan sejak try out pertama. Tapi tak seperti
biasanya, Rick tampak kesal sekali dengan hasil yang dia peroleh.
“sudahlah
Rick. Seperti perkataanmu tempo hari, try out selanjutnya pasti kita lolos.”
Rick
hanya diam, dia tampak serius sekali melihat daftar murid yang lolos.
Lalu
tiba-tiba.
“kebodohan
ini harus segera diakhiri boi!”
Tanpa
banyak bicara dia seenaknya saja menyeretku menuju ke ruang Guru.
Entah
apa yang ada dibenak Rick, ataupun yang ingin dilakukannya. Aku tak tahu. Yang
jelas kini kita menuju meja Pak Zach, guru fisika kami. Dialah yang mendapat
mandat dari kepala sekolah menyelenggarakan ujian try out.
“maaf
pak, Bisa saya lihat nilai try out kami?”
“buat
apa?” tanya pak zack heran.
“saya
hanya ingin melihat mata pelajaran apa saja yang nilainya sudah bagus dan mana
yang masih harus banyak belajar lagi.”
Lalu
tanpa perasaan curiga Pak Zach menunjukkan daftar nilai-nilai kami. Akupun
sempat melihat nilai matematikaku cuma dapat cacing kembar alias angka 33.
Pantas saja aku tidak lolos. Sementara kulihat Rick tampak dengan teliti sekali
melihat setiap nilai. Dia justru tak begitu peduli dengan nilai yang dia dapat,
matanya serius memperhatikan nilai yang didapat teman-teman kami.
“jadi
ini benar, nilai yang kami peroleh pak?”
“ia.
Apakah nilai kamu sudah ketemu Rick?”
“sudah.
Tapi pak kok saya liat Kai yang cuma dapat nilai fisika 3,35 lolos try out ya?”
Rick meninggikan nada bicaranya.
“masak?
mungkin kamu salah lihat kali.” Pak zach tampak kaget.
“tidak
pak. Coba bapak lihat sendiri saja.”
“oh,
maaf ya Mas. mungkin saya salah tulis ini.” pak zach menjawab dengan setengah
gugup.
“oh
gitu ya. Tapi kok Karen, Pupuri dan beberapa teman saya juga seperti itu ya?
Mereka lolos padalah nilainya dibawah standar?” Rick semakin meninggikan
suaranya.
“mas..sak
sih…”
Tak
pelak semua Guru yang ada di Ruangan mengarahkan pandangannya ke arah kami
Setelah mendengar perdebatan seru antara Rich dengan pak zach. Begitu pula Pak
Untung sajunto, kepala sekolah kami yang biasanya sibuk dengan akreditasi dan
pencitraan sekolah secara kebetulan ada di situ. Lalu mereka
berbondong-bondong mengerubungi kami.
“ada
apa ini Pak Zack, Tirta, dan kamu Rick?” tanya Pak untung.
Lalu
seperti tanpa rasa berdosa Rick pun menjawab,
“ini
pak, saya merasa kok teman-teman saya yang ikut bimbingan belajar ditempatnya
pak Zach lolos try out semua. Padahal banyak diantara mereka nilainya tak
memenuhi standar.”
Tak
etis rasanya kalo aku menceritakan peristiwa selanjutnya. Yang jelas tak lama
kemudian kami berdua meninggalkan wajah merah padam pak zack dan ruangan Guru
dengan perasaan yang sulit kami ungkapkan.
“tega
benar kau Rick.”
“hahaha..
Guru seperti itu sekali-kali harus dapat pelajaran Boi.”
***
Bisa
dibilang dari semua guru yang ada di sekolah kami, Pak Barley, guru sejarah
kami itu adalah Guru terbaik sekaligus guru favorit kami. Pribadinya yang
rendah hati dan suka melucu membuat kami betah diajar
beliau. Apalagi disaat kami dijejali dengan soal-soal UN seperti sekarang ini,
mata pelajaran sejarah sangat kami nantikan kehadirannya sebagai penghilang
stress. Seperti hari ini misalnya.
“kalian
tahu apa itu supersemar?”
“tahu
pak, temannya superman kan” jawab Saibara asal.
“Semar
yang super Pak” timpal anto polos.
Maka
Pak Barley dan seisi kelas pun tertawa.
“Supersemar
itu bukan temannya superman, apalagi tokoh pewayangan Semar yang punya kekuatan
super. Tapi Supersemar adalah singkatan dari surat perintah sebelas maret.” Pak
Barley menjelaskan.
“surat
apa itu Pak” tanyaku polos.
“emm..
Cliff, kamu bisa membantu Tirta?”
“Supersemar
ialah surat yang diberikan presiden Sukarno kepada Kolonel Suharto untuk
menyelamatkan kondisi negara yang genting akibat pemberontakan PKI. Namun surat
itu menjadi kontroversial karena sampai sekarang surat yang asli tak diketahui
keberadaanya.”
“kok
bisa seperti itu?’ tanya Anto penasaran.
“benar
sekali apa yang dikatakan oleh cliff. Supersemar menjadi tanda berakhirnya era
orde lama ke era orde baru. Namun supersemar yang ada sekarang hanyalah
kopiannya. Dan sekarang supersemar yang ada terdapat berbagai versi.”
“Ada
tokoh yang yang berpendapat Supersemar adalah bagian dari kudeta merangkak yang
dilakukan oleh kolonel Suharto terhadap Sukarno.” Rick bersemangat.
“kalau
begitu bisa jadi supersemar itu sebenarnya tidak ada?” Gray yang biasanya tidur
ikut angkat bicara.
“bisa
saja, maka tugas kalianlah para penerus bangsa ini untuk membuka lembaran
sejarah yang masih suram ini.” Jawab Pak Barley bijak.
“kalau
begitu aku ingin bikin Supersemar saja lah.” Ujar Anto polos.
Dan
kelas sejarah hari ini ditutup dengan gegap tawa kami. Sejenak kami pun lupa
bahwa esok kita akan menghadapi try out terakhir. Sebelum menghadapi ujian
sebenarnya, Ujian Nasional.
***
Hasil
try out Ujian nasional terakhir...
Seperti
itulah kalimat yang terlontar dari pak Untung Sajunto pada saat Upacara Bendera
senin ini. Tak seperti biasanya, hasil Try out kali ini tidak ditempel di papan
info, tetapi dibacakan langsung oleh Pak untung, siapa saja yang gagal di try
out terakhir kali ini.
Hatiku
bergetar mendengar suara Pak untung yang agak serak, sehingga semakin terdengar
mencekam di senin yang hening ini. Maka satu per satu nama disebutkan.
Terdengar samar nama Kai, Karen dan Pupuri termasuk didalamnya. Hingga semua
siswa dibacakan, namaku tak disebut.
Di
try out yang terakhir ini aku berhasil lolos. Usahaku dengan belajar kelompok
dengan Rick, Cliff dan Anto tiap malam selama ini ternyata tak sia-sia. Namun
bukan itu yang buatku terkaget. Tak ku sangka, ternyata Rick juga termasuk
murid yang namanya tadi tidak disebutkan.
“hebat
kau Rick, kau buktikan kata-kata kau kemaren.”
“bukankah
selama ini aku tak pernah bohong kepada kau Boi.” Jawab Rick sambil
cengengesan.
“tapi
aku curiga pada kau Rick.” gumam ku.
“Kau
tahu Boi, selama ini aku diam-diam minta diajarin Mary matematika dan fisika,
karena aku tahu persis dia gadis yang pintar dan baik hati.”
“licik
sekali caramu itu. bagaimana cara kau mendekati gadis misterius itu?”
“gampang
saja Boi, ku mengajarinya bikin puisi.”
“hah.
tak sekalian saja kau pacarin si mary? sepertinya kalian cocok. Satunya
pendiam, satunya lagi setengah Gila.”
Rick
pun tertawa sambil memperlihatkan gigi ompongnya padaku.
“tapi
kau tau Boi, sebenarnya hal yang membuatku senang bukanlah keberhasilanku lolos
try out terakhir ini, Tapi karena bendera keadilan telah kembali berkibar!”
Benar
apa kata Rick, bendera keadilan telah kembali berkibar.
“ihh
sebel, sebel, sebel. Pupuri gak lulus.”
Sementara
aku dan Rick menikmati euforia keadilan, kepala sekolah dan guru-guru tengah
mengadakan rapat. Wajah-wajah serius dan cemas menghiasi rapat, tak terkecuali
Pak Barley. Wajah beliau yang biasanya berseri kini tak lagi nampak. Semuanya
kecewa. Ternyata hasil bagus try out selama ini hanya akal-akalan pak zach.
Maka kenyataan pahit harus diterima, lebih dari lima puluh persen jumlah siswa
keseluruhan tidak lulus.
“Saya
tak ingin membahas lagi kenapa nilai siswa jeblok, kesalahan siapa, dan
sebagainya. Yang terpenting bagi kita adalah bagaimana caranya kita
menyelamatkan citra baik sekolah kita. Sekolah nomor satu di Tanjung yang
setiap tahunnya, semua siswanya lulus 100 persen.”
Semua
guru diam.
“Bagaimana
Bu Ellen, apakah anda punya usulan?”
“melihat
kondisi siswa sekarang, sedangkan UN sendiri tinggal menghitung hari.
Sepertinya sulit untuk berharap lebih. Maaf pak Untung, saya pribadi sudah
pasrah.”
“terimakasih
Bu Ellen. Teman-teman Guru yang lain apakah punya usulan?”
“saya
pak.”
“silahkan
Pak Zach.”
“Bagaimana
kalau kita melakukan strategi kita tahun lalu?”
“maksud
bapak bikin ‘Supersemar’ lagi?
“sebentar
pak Barley, saya jelaskan.”
“saya
tidak setuju. Bukankah kita telah sepakat tidak memakai cara tak terhormat itu
lagi?”
“ia
saya tahu, tapi kondisinya tak seperti yang kita fikirkan dulu. Apakah pak
Barley berani menjamin kalau sampai murid kita banyak yang tidak lulus, lalu
tahun depan tak ada siswa yang mau mendaftar di sekolah ini lagi?”
“Menjamin
apa? Bapak tidak malu berkata seperti itu? kondisi ini terjadi karena selama
ini kita tertipu oleh hasil try out yang bapak manipulasi!”
“Pak
Barley hanya pengampu mata pelajaran non UN, sejarah. Jadi tak tahu apa-apa
bagaimana begok nya murid-murid itu.”
“maaf,
sebagai seorang pendidik, tak pantas Pak Zach berkata seperti itu.”
“Pak
Zach, Pak barley, tolong berhenti! Ini tempat rapat, bukan pasar. Sekarang,
kondisi sekolah kita sedang gawat, bahkan Bu Ellen yang biasanya punya solusi
mengaku sudah pasrah. Maka saya ingin bertanya sekali lagi, Apakah Pak barley
tetap bersikukuh untuk tetap menolak?”
“saya
tetap pada pendirian saya, lebih baik tak ada siswa yang lulus, dari pada kita
melakukan cara yang memalukan itu lagi.”
“baik
saya hargai Prinsip pak Barley. tapi saya ingin bertanya kepada para dewan guru
sekalian. Melihat kondisi memperihatinkan murid-murid kita sekarang dan demi
menyelamatkan nama baik sekolah kita ini, Apakah ada yang menolak usulan Pak
zach seperti halnya Pak Barley?”
Semua
diam tak ada sepatah katapun yang keluar. Hening.
“Baiklah,
karena semua diam, saya anggap kalian semua setuju. Maka Saya putuskan, Usulan
dari pak zach saya terima.”
Para
guru pun mengangguk, tanda mengiyakkan.
“kepada
pak Barley, saya harap bapak menerima keputusan para dewan guru ini.”
Pak
Barley tak menanggapi. Diam.
“Kemudian
untuk menindak lanjutinya, saya serahkan pak zach untuk menindak lanjuti
supersemar ini.”
“siap
pak!” jawab pak zach dengan tampak piciknya.
Sementara
itu di kelas kami. berisi wajah-wajah UN yang tinggal dua minggu lagi ini.
semakin banyak saja murid-murid yang betah berpacaran dengan soal-soal.
Berdiskusi dari integral sampai limit, dari virus sampai monomer, atau dari
hukum gravitasi Newton sampai Relativitas Eintein. Namun tak sedikit pula yang
memilih tidur, melupakan sejenak hasil try out mereka yang berlambang keris mpu
gendeng, bebek bekar gosong atau cacing kepanasan.
Disudut
kelas, Rick tampak menonaktifkan program keisengannya, menikmati sejenak
kemenangan dengan senyuman nyengir khasnya. Sementara aku, duduk sambil menatap
jendela. Memandangi ruangan tempat dimana aku dan Rick mempermalukan Pak Zach
tempo hari. Terdiam, memikirkan apa yang sedang mereka rapatkan disana?