Keringat telah membasahi wajah dan juga seragam kung fu yang imam(11 tahun) kenakan, tapi ia masih bersemangat mempraktekan jurus-jurus yang telah ia kuasai, dari salto sampai meroda ia lakukan dengan begitu lincahnya.
“Senang
aja rasanya bisa belajar silat sama jurus-jurus. Walau nanti abis pulang pasti
badan aku capek banget.” Ujar imam dengan ngengir dan wajah polosnya.
Minggu
pagi (11/07) ini, dibawah sinar matahari yang agak redup Imam dan para anggota
Ikatan Keluarga Silat Putera Indonesia (IKS PI) Kera Sakti tengah berlatih
ketika ditemui LKM.
Mereka berlatih di sepetak tanah berumput dengan rerimbunan pohon mohoni di
sampingnya. Lokasinya tak jauh dari pintu utara lapangan monas.
Para
kera sakti dengan seragam hitam atau putih ini berlatih dengan serius dan penuh
semangat. kekompakan terlihat ketika jurus demi jurus mereka keluarkan dibawah
arahan Pak Suhardi, ayah Imam sekaligus koordinator IKS PI Kera Sakti wilayah
jakarta pusat. Materi latihan yang diajarkan berupa, seni olah raga dan
beladiri, chi kung (pernafasan murni), Tenaga dalam, dan pelatihan mental
spiritual.
Perguruan
IKS PI Kera sakti adalah perkumpulan seni beladiri yang bernaung di bawah IPSI.
Dimana dalam permberian porsi pengajaran diarahkan pada pelajaran fisik dan
kerohanian. Tujuannya yaitu mendidik para anggotanya menjadi warga IKS yang
siap menjadi kader bela negara, berbudi pekerti luhur dan mengembangkan ajaran
IKS.
“Filosofi
gerakkan kami kan gerakan kera.” ujar Pak Suhardi yang mengaku awalnya nama
perguruan ini adalah IKS PI saja, tapi kemudian diberikan tambahan “kera sakti”
dibelakangnya. Karena masyarakan maupun murid-murid perguruan ini lebih
mengenal nama jurus perguruan yaitu teknik jurus keranya dari pada nama asli
perguruan.
Dalam
metode pelatihan, IKS Kera sakti terdapat 5 tingkatan yakni tingkat dasar I
sabuk hitam, tingkat dasar II sabuk kunung, warga tingkat I sabuk biru, warga
tingkat II sabuk merah dengan gelar pendekar dan warga tingkat III sabuk merah
strip emas dengan gelar dewan guru. “Tiap tingkatan membutuhkan waktu dan
syarat tertentu agar bisa naik ketingkat lebih tinggi.” Pak hardi menjelaskan.
‘Jadi’
Kera sakti
Siang
itu suasana monas tampak ramai dipenuhi pengunjung. Banyak anak-anak berlarian
kesana-kemari, beberapa bermain bola dan beberapa lagi bermain layang-layang.
Sebagian lagi memilih mengunjungi stand-stand yang disediakan khusus untuk
memperingati hari anak nasional. Sementara itu dibawah naungan pohon mahoni,
Imam dan Erik (12 tahun) tengah duduk bersandar. Keletihan setelah dari tadi
pagi berlatih kung-fu.
“hari
ini pada nggak berangkat.” Ujar Erik teman satu tingkat Imam yang ikut berlatih
‘menjadi’ kera sakti sejak 8 bulan lalu. Ia mengaku senang bisa belajar kung-fu
dan ia ikut atas kemaunnya sendiri. Ayah Erik sama seperti ayah Imam, dulunya
juga seorang pelatih silat.
Hanya
mereka berdua yang datang berlatih hari itu. Keduanya tak tahu kenapa
teman-temannya tidak hadir. Padahal biasanya mereka berlatih sampai 8 orang.
Tapi keduanya tak memperdulikan hal itu. “Ya nggak apa-apa cuma kita berdua.
Mungkin teman-teman pada jalan-jalan.” Cerita Imam sambil mengusap keringat
pada rambut plontosnya.
Kepada LKM,
Imam mengaku berhenti berantem dengan teman-temannya sejak bergabung dengan
perguruan kera sakti kala ia menginjak kelas 3 SD. Ia bercerita awalnya ikut
berlatih karena dipaksa oleh Ayahnya. Tapi kemudian ia mulai menyukainya. Dan
sepertinya juga untuk mengobati kekecewaannya karena di sekolah ia sering
dimarahi oleh guru-gurunya.
Pernah
suatu kali gara-gara tidak mengerjakan PR matematika dan bahasa indonesia, Imam
disuruh oleh gurunya menulis kalimat “saya tidak akan mengulanginya lagi”
sebanyak 3 buah buku tulis. “Guru-guru di SD
galak-galak, nggak seperti disini.” Ujar Imam yang merasa kapok tidak
mengerjakan PR.
Pak
suhardi, yang akrab dipanggil hardi monas mengaku prihatin dengan kondisi bela
diri saat ini yang sebatas simbol saja, dan tidak dipelajari dengan jiwa
seorang pendekar. Oleh sebab itu ia merasa pentingnya pendidikan bela diri
sejak usia dini, agar nantinya ketika dewasa siap secara mental dan rohani
menghadapi tantangan hidup.
"Ya
sekarang inikan menjalani hidup itu nggak mudah, apalagi hidup di jakarta.
Banyak tantangannya. Oleh sebab itu kami selain memberikan pengajaran fisik
juga kerohanian. Agar nantinya selain memiliki kondisi fisik yang sehat juga
menjadi pribadi yang memiliki prinsip yang kuat.” Papar pak Hardi.
“Semangat
dan landasan dasar perguruan kami kan persaudaraan dan kekeluargaan. Jadi di
IKS PI Kera sakti ini ya kita belajar dan berlatih bareng-bareng. Terus ngebantu
teman-teman yang butuh bantuan. Kita juga nggak matokin iuran bulanan. Jadi mau
nggasih atau nggak itu terserah kita. kita biasa latihan dimonas tiap minggu
pagi dan malam kamis.” Tambah lelaki dengan senyum dan kumis tipisnya yang khas
itu.
“Aku
pengen jadi kera sakti” timpal imam dengan tawa lepasnya. Menutup perbincangan
kami siang itu. (A’ang).