Pada lelaki itu
Lama ia termenung;
menatapi tembok
Ia kusam seraut
wajahnya
Ia beku segigil
hatinya
Mungkin juga sama,
ia kesepian
Lalu, tiba-tiba
Pada lelaki itu
Ia berdialog; entah
dengan siapa
Pada dinding, pada
buku, pada maya
Atau barangkali
Tuhannya
Tapi tak jarang
juga ia menangis menjadi
Apa peduli; Toh tak
ada yang mengerti?
*Kramat lontar, 13
Juni 2011