“Yang bisa saya lakukan hanya menjanjikan kalau apa yang sudah saya lakukan saat mengikat kontrak untuk klub ini di tahun 1977 – bahwa mereka akan mendapat 100% tenaga dari Kenny Dalglish dan itu yang akan saya lakukan”.
Dua
puluh satu tahun lalu kenny Dalglish bersama liverpool meraih trofi liga
inggris untuk yang terakhir kalinya. Kini dia kembali menginjakkan kakinya di
rumput Alfield dengan status yang sama seperti pada kala itu yakni sebagai
manager The Reds. Pria pengoleksi 335 cap penampilan
dengan 118 goal kala menjadi pemain itu adalah manager impian para
liverpudlian. “King Kenny...King Kenny...”
begitulah suara teriakan kekecewaan yang bergemuruh di Tribun kebesaran The Kop
saat Liverpool harus berkali-kali tertunduk di musim ini. Dalglish pun akhirnya
ditunjuk management menggantikan Hodgson yang dianggap gagal mengangkat peforma
klub musim ini.
Namun
kini “King Kenny” sebutan para fans, datang di saat
yang sama sekali berbeda dengan dua puluh tahun yang lalu. Dia datang di kala
si Merah mengalami masa-masa paling sulit dalam beberapa tahun terakhir.
Liverpool kini tak lagi dianggap sebagai calon pemburu gelar liga, dan posisi
sebagai salah satu anggota big
four telah digantikan klub kaya raya The
Citizent.
Tentu saja rentetan hasil buruk yang diperoleh bersama manager Roy Hodgson
telah menyakiti hati para pendukung setia The Reds. Namun itu tidak serta merta
merupakan kesalahan tunggal Hodgson. Kesulitan keuangan dan utang klub yang
membelit sehingga kesulitan membeli pemain yang berkualitas, ketergantungan
pada duo sosok Gerrad dan Torres serta krisis kepercayaan diri para pemain
punya andil besar buruknya peforma si Merah musim ini.
Kenny
Dalglish adalah pemain dan manager tersukses dalam sejarah klub. Dia merupakan
simbol kebesaran klub. Saat menjadi pemain, dia membawa Liverpool ke puncak
kejayaan, merajai Inggris dan Eropa dengan enam gelar liga inggis, empat gelar
piala liga, satu piala FA dan tiga trofi liga Champions. Dan ketika menjadi
manager di tahun 1985-1991 dia mempersembahkan tiga trofi liga inggris dan dua
trofi piala FA. Wajar bila begitu besar harapan klub dan fans yang disematkan
pada pundak sang raja ketika ia kembali ke singgasananya. Kedatangannya
diharapkan bakal membangkitkan kejayaan klub yang sudah sangat lama berlalu.
Dalglish sendiri merasa senang ketika dia ditunjuk kembali menangani The Reds.
“Adalah sebuah kehormatan diminta kembali (ke liverpool)” ujarnya kala itu.
Sepercik
keraguan muncul di tengah harapan yang begitu besar. Setelah sepuluh tahun tak
menangani klub, yakni terakhir kali menangani Celtic di tahun 2000, dinilai
telah melunturkan daya magis seorang king kenny.
Tanda-tanda itu kian terasa dengan kegagalannya memberikan kemenangan pertama
buat The Reds dalam beberapa pertandingan yang telah dijalani. Diawali dengan
Kekalahan yang sangat menyesakkan dari rival abadi mereka Manchester United,
pada saat laga perdana yang diwarnai penalti kontroversial dan diusirnya the
skipper Steven Gerrard keluar
lapangan. Para fans harus kembali bersabar kala liverpool harus tertunduk
setelah kalah 2-1 dari Blackpool, dan gagal memenagi pertandingan dalam derby Merseyside
lawan Everton.
Tapi
asa tetap membara di hati para Liverpudlian. Mereka masih yakin pria Skotlandia
ini lah sosok yang paling tepat untuk menukangi Liverpool sekarang. Keterikatan
emosi dan sejarah Dalglish dengan klub adalah alasan kuat mereka. Kenny sendiri
berkata “Yang bisa saya lakukan hanya menjanjikan kalau apa yang sudah saya
lakukan saat mengikat kontrak untuk klub ini di tahun 1977 – bahwa mereka akan
mendapat 100% tenaga dari Kenny Dalglish dan itu yang akan saya lakukan”.
Kepercayaan Kenny kepada para pemain muda seperti Martin Kelly, Jay Spearing,
Daniel Pachecho dan Jonjo Shelvey menunjukkan bahwa ia serius ingin membangun
sebuah Tim yang kuat.
Mungkin
menunggu adalah kata yang tepat bagi para liverpudlian saat ini. Dalglish
bukanlah seorang pesulap yang hanya dalam hitungan detik bisa menyulap The Reds
menjadi tim yang kuat, Tapi dia adalah Raja bagi para Liverpudlian. Dan seorang
raja pun butuh waktu untuk mengangkat kembali peforma The Reds. Tapi Sejujurnya
seorang Raja tak pernah berdiri sendirian, ada para fans yang selalu setia
mendukung The reds. Saat berjaya maupun terpuruk seperti sekarang, karna itu
adalah nilai sebenarnya sebuah kecintaaan fans kepada klub. “You’ll Never Walk
Alone king Kenny.” begitulah kira-kira kalimat yang
pas dari para Liverpudlian buat king kenny.