Pada suatu hari di bulan maret, seorang mahasiswa dari kampung,
sebut saja namanya Orto. Ditugaskan oleh mahagurunya sebuah misi. Ke sebuah
tempat yang tak ia mengerti; rahasia, tersudut dan asing. Sebuah dunia
kegelapan. Celakanya, ia disuruh mencari, bertanya, lalu berteman dengan
makhluk-makhluk yang ada di tempat itu. Ah, sungguh mengerikan!
Untungnya, si Orto tak sendirian dalam misi tersebut. Tapi
ditemani oleh gadis-gadis cantik. Mereka adalah Siti, Yuli, Ina, dan Puspita.
Nama yang terakhir disebutkan tadi adalah orang yang akan mengantarkan mereka
ke tempat misi mereka, dunia kegelapan. Dahulu, Puspita adalah bekas penghuni
di sana!
Tanda-tanda tak mengenakan sudah terasa diawal misi mereka.
Awalnya, kelima manusia itu berencana kumpul di halte Harmoni tepat pukul 8
pagi. Tapi, karena manusia pula, akhirnya molor sampai jam 9 pagi. Selebihnya
adalah acara menunggu bus yang sangat menjengkelkan. Lama, lama sekali.
Sampai-sampai si Orto punya ide brilian menyuruh Ina---berkacamata---untuk
pura-pura menjadi seorang tuna netra, agar mereka diprioritaskan dalam antrian.
Ah, dasar kau Orto.
Setelah berdiri di busway sekitar satu jam,
ditambah perjalanan sekali naik angkot, akhirnya si Orto cs sampai di tempat
misi tersebut. Suasana mencekam begitu terasa saat langkah-langkah kaki mereka
kian dekat saja dengan lokasi. Rasa curiga, takut, asing dan penasaran campur
aduk layaknya sebuah gadu-gado rasa. Dan akhirnya, sampailah mereka di tempat
itu. sebuah papan bertuliskan “Mitra Netra” menyambut kedatangan mereka.
Ternyata Mitra Netra bukanlah sebuh tempat rahasia, tersudut dan
asing. apalagi sebuah dunia kegelapan. Mitra Netra adalah sebuah yayasan
di daerah Lebak bulus. tempat anak-anak yang mengalami gangguan penglihatan
belajar dan mengembangkan dirinya. Akademik dan non akademik. Seperti les
matematika, bahasa inggris, musik, olah raga dan sebagainya. Di sanalah kelima
civitas akademika itu melakukan observasi.
Lalu setelah bereuforia dengan kesan dan perasaan wahh yang
mereka tangkap setibanya di Mitra Netra, mereka pun mulai menjalankan misi dari
mahagurunya. Berburu, mencari, bertanya, lalu berteman dengan teman-teman tuna
netra yang ada di sana. Tak terkecuali makhluk paling tampan diantara
kelimanya, Orto. Si calon guru anak-anak unik.
Maka, sejauh mata ia memandang, pada Pria berbaju serba putih,
bertubuh gempal. Rambutnya hitam lurus, berkulit putih, dengan rona dewasa
tampak di wajahnya. Lelaki itu bernama Juanda.
Awal pertemuan; Si Orto dan Juanda masih saling canggung untuk
bertegur sapa. Tapi rasa itu pun mulai hilang setelah keduanya sholat jum’at
dan makan gulai bersama teman-teman lainnya. Apalagi juanda sama halnya seperti
teman-teman tuna netra kebanyakan, pribadi yang mudah bergaul dan enak diajak
bercanda. Dan tak butuh waktu lama, tali pertemanan sudah terjalin diantara
keduanya.
Berawal dari bermain catur. Keduanya mulai bercerita kisah hidup
masing-masing. tentang manis dan pahit hidup. Dan dari Sepatah dua patah kata,
Si Orto pun mulai mengenal pribadi Juanda sebagai sosok yang unik.
Juanda atau nama lengkapnya Juanda Saputra lahir sekitar 18 tahun
yang lalu. Tepatnya pada tanggal 11 januari 1992 di Lampung. Juanda kecil lahir
dengan kondisi yang normal. Hari-hari awal kelahirannya merupakan hari bahagia
bagi kedua orang tuanya. Bagi bayi selucu dan semunggil juanda.
Tapi itu tak lama. Sekitar usia 2 tahun, dia mengalami panas
tinggi dan step yang menyerang kedua matanya. Penglihatannya pun kian hari kian
berkurang. Dan tak lama berselang Juanda kecil didiagnosa dokter mengalami
gangguan penglihatan akibat katarak. hari-hari gelap pun harus dilalui oleh
anak sekecil juanda.
Masa-masa awal hidup juanda merupakan masa-masa paling sulit
baginya. Menjadi tuna netra sejak kecil merupakan tantangan terbesar yang harus
ia terima dan jalani. Untungnya Juanda bukanlah sosok yang mudah menyerah pada
keadaan. Hidup adalah perjuangan, merupakan motto hidupnya yang telah
membuatnya mampu melalui masa-masa sulitnya itu sampai sekarang. Hal itu pula
yang membuatnya memutuskan pidah ke Jakarta saat kelas 4 SD.
Dari karakteristik yang si Orto tangkap. Juanda termasuk Tunanetra Totaly
Blind. Mata sebelah kanannya lebih awas. Sejak operasi saat kelas tiga SMP,
dia memiliki sedikit kemampuan melihatnya, sehingga ia dapat mengenal bentuk
dan objek tertentu. Dapat melihat samar-samar tangan yang digerak-gerakkan di
dekat matanya, juga bisa sedikit membedakan warna. Namun dia hanya mampu
membaca huruf braile, tidak bisa membaca huruf awas.
Ada hal menarik yang Orto dapat, yang sayang untuk tidak
diceritakan. Juanda adalah kekasih hati Mega, teman sekelas Orto. Ketika
ditanya oleh si Orto kapan Juanda menjalin hubungan dengan Mega, dia hanya
tertawa dan berkata, “dari dulu”. Si Orto pun bergumam, “Ah, indahnya cinta.
Cinta tak hanya milik orang-orang awas, cinta juga milik teman-teman yang tidak
awas. Jadi, Cinta itu buta? Atau Buta Itu cinta?”
***