(Warta Kota, 18 Desember 2015)
Tak
bisa kita pungkiri, selama ini masih banyak dari kita yang masih kurang informasi
atau pengetahuan mengenai Autis. Padahal ini penting, terlebih para orang tua
yang memiliki anak yang didiagnosis autis. Sebab, kurangnya informasi
menyebabkan banyak hal-hal keliru yang kerap kali dilekatkan pada anak autis.
Pelekatan secara sembrono tersebut menciptakan pelbagai stereotip, bahkan
diskriminasi bagi anak autis.
Masih
banyak orang tua yang bertanya seperti, “apakah anak autis bisa disembuhkan?”
pandangan demikian mengasumsikan autis sebagai sebuah penyakit. Autis bukanlah
penyakit, bukan pula sesuatu yang diturunkan. Autis, yang secara pedagogi dan
psikologi disebut autisme syndrome, bersifat
genetik. Artinya adanya semacam “penyimpangan” genetik yang membuat seorang
anak memiliki karakteristik yang khas, seperti memiliki hambatan dalam
mengembangkan kemampuan bahasa, perilaku, komunikasi dan berhubungan dengan
orang lain.
Cris
Williams dan Barry Wright dalam buku How
to live with Autism and Asperger Syndrome (2004) menerangkan kalau anak
autis memiliki hambatan semacam “buta pikiran” atau blind mind. Buta pikiran
merujuk pada buta terhadap orang lain. Anak autis mengalami hal tersebut,
mereka sangat sulit memahami sudut pandang, pikiran, atau perasaan orang lain.
Hal itu yang menyebabkan mereka kesulitan untuk membangun interaksi dengan
orang lain dan kerap dianggap sibuk dengan dunianya sendiri.
Orang
tua yang memiliki anak yang didiagnosis autis patut menyadari hal tersebut.
Autis bukan penyakit, tidak bisa dicegah dan tidak pula dapat disembuhkan. Bila ada anak autis yang mengonsumsi obat,
sifatnya itu hanya untuk membantu. Karenanya anak-anak autis
membutuhkan bantuan yang lebih mereka butuhkan seperti terapi dan pendidikan.
Terapi
dan pendidikan dibutuhkan oleh anak-anak autis bukan untuk menjadikan mereka “sembuh” seperti anak pada umumnya. Tetapi agar kemampuan mereka bisa
berkembang secara optimal, seperti kemandirian, kemampuan akademik, maupun
minat dan bakatnya.
Barangkali anak-anak autis memiliki kebutuhan belajar yang berbeda, tapi mereka
sama halnya dengan setiap anak, memiliki kekurangan dan juga kelebihan.
Banyak
anak autis yang menunjukkan kemampuan dan bakat luar bisa seperti dalam musik
dan seni. Tapi banyak pula anak autis perlu banyak bantuan untuk dapat hidup
mandiri. Anggapan anak autis itu selalu cerdas adalah keliru dan stereotip.
Karena pada dasarnya mereka sama seperti anak-anak lain, khas dan unik. Hanya
saja mereka memiliki hambatan yang membuat mereka membutuhkan bantuan “khusus”
dari orang tua, keluarga, guru dan orang-orang sekelilingnya.
Anak
autis sama seperti anak-anak berkebutuhan khusus lainnya, mereka barangkali
berbeda, tetapi mereka juga memiliki hak yang sama dengan anak-anak pada
umumnya. Hak untuk bersekolah, hak untuk belajar, bermain, bekerja, kasih
sayang, dan terlibat bersama dalam komunitas masyarakat. Kita tidak hidup dalam
dunia yang terpisah, karenanya tak ada alasan untuk memisahkan mereka dari
kehidupan kita.