18 Maret 2011

Sepertinya Tahun ini Kita Bikin Supersemar Lagi?



kebodohan ini harus segera diakhiri
sebelum  aku benar-benar mati
aku generasi yang patah hati
terlahir dengan kondisi dunia yang seperti ini

 “aku generasi yang patah hati, aku harus nana..nana..nannaa.....”
Ahh... suara rick yang bagaikan winamp yang sedang error telah menganggu acara ritualku, mendengarkan lagu-lagu sheila on 7. Belum lagi bau mulutnya yang tak pernah dia keramasi (baca: gosok), menambah aku muak kepadanya---bikin aku rasanya mau muntah.
“kau tau Boi, suara aku ini, sebelas-duabelas sama duta shela on tuju mu itu boi.”
“JAUH...!!!!”
“hahahaha... tenang lah boi, nggak usah ngambek gitu, aku pergi sekarang.” Rick lalu pergi meninggalkan ku dengan penuh kepuasan.
Baguslah fikirku.
“sudah-sudah sana pergi, gangguin orang saja kau Rick.” Ucapku kesal.
Sebenarnya aku tak bermaksud mengusirnya. aku maklum dengan perbuatan Rick tadi. Dia samahalnya sepertiku, hanya ingin mengusir kejenuhan—hanya saja caranya yang aku tidak suka. Aku, Rick, dan teman-temanku sekarang ini dalam persiapan melewati zaman peralihan orde lama ke orde baru, era Bung Karno ke Pak Harto, masa SMA ke masa kuliah. Yah, kami murid-murid kelas XII SMA Negeri 1 Tanjung sedang menjalani ritual tahunan, persiapan menghadapi Ujian Nasional (UN).
Wajar bila saat ini suasana kelas kami dipenuhi wajah-wajah UN. Wajah orang-orang yang jenuh berpacaran dengan soal-soal try out, lalu mencoba mencari hiburan lain. Rick misalnya, dia sengaja berjalan-jalan dari satu meja ke meja dengan membawa tampang liciknya, dengan satu tujuan, mengganggu kenyamanan umum.

Setelah puas mengangguku tadi, Target Rick selanjutnya adalah Kai-cowok stay cool yang pemalas. Dia sedang asik bercengkrama dengan dua kaum hawa paling oke di kelas kami. Karen, Cewek paling cantik dan modis di kelas kami, julukan Cheryl Tweedy pun disematkan padanya. Dan Pacarnya Pupuri, gadis manja yang dari analisisku mengalami gangguan emosi dan tingkah laku (GETL). Karena sifat manja-nya membutuhkan layanan khusus.
Mereka bertiga pun tak luput dari sensor Rick. Dia sengaja menguap-nguap sembarangan. Tentu saja itu membuat ketiganya kesal. Pupuri dengan nada manjanya yang khas, “ihh.. Rick, nyebelin dah. Pupuri kan jadi bau ni.”
Dari semua penghuni kelas kami yang berjumlah 41 orang, hampir semuanya mendapatkan jatah kejahilian Rick. Tapi itu tak berlaku pada  satu orang. Mary, gadis misterius di kelas kami. Gadis berkaca mata pendiam yang suka menyendiri dan banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan sekolah.
Usut punya usut, ternyata Rick sama halnya sepertiku, berharap Mary mau mengajarinya matematika. Sehingga dia sengaja melewatkan radar kejahiliannya pada Mary. Dia tak ingin rencana busuknya itu gagal kalau sampai Mary marah kepadanya. Tengik sekali aku fikir.
Sebenarnya Rick bersikap aneh seperti itu bukan tanpa alasan. Dia begitu akibat otaknya telah offline gara-gara tadi pagi kita mendapatkan ceramah dhuha dari Bu Ellen, guru matematika kami yang galak.
“jika nilai kalian masih berwujud keris mpu gendeng, bebek bakar gosong, ataupun cacing kepanasan. Saya sarankan jangan berharap lebih lah. Persiapkan saja untuk bertemu saya lagi tahun depan yah.”
Murid-murid yang nilainya seperti deskripsi Bu Ellen tadi, dipanggil satu-satu untuk mendapatkan wejangan khusus. Akupun termasuk didalamnya. Tapi nasibku masih lebih beruntung dari pada Rick. Meskipun aku masuk garda terdepan yang selalu mendapatkan wejangan, tapi tak sesial Rick. Hari ini dia mendapatkan wejangan extra karena hasil try outnya yang berlambang bebek bakar gosong. Tak pelak dia dicap sebagai  murid kesayangan bu Ellen.
“hahahahaha...”
“kenapa kau Rick?  Bukannya sedih dapat nilai jelek, malah ketawa-tawa nggak jelas.”
“tak apa Boi, try out selanjutnya aku pasti lolos!” dengan nada penuh keyakinan.
“jangan lupa, nanti malam kita belajar bersama di rumah anto.”
“Ok Boi..”
Aku mencium gelagat mencurigakan. Tak biasanya Rick menyikapi nilai jeleknya seperti ini. Atau Rick jadi Gila gara-gara selalu gagal dan dimarahi bu Ellen? Tuhan, Jagalah kawanku ini. Instingku mengatakan dia adalah seseorang yang mengalami gangguan perilaku akibat kesulitan belajar.
***
February in special. Bulan dengan jumlah hari paling sedikit, bulan kasih sayang—bagi kaum tertentu, juga merupakan bulan yang ditunggu oleh para petani. Karena di bulan inilah hujan menyemaiakan benih-benih padi yang telah mereka tanam. Dan siang ini, hujan sepertinya  akan membasahi kampung kami. Langit pun sekarang sudah tampak mendung, tinggal menumpahkan risqi dari langit saja. Tapi hari ini, langit tak semendung wajahku, Rick dan beberapa teman kami lainnya. Kami lah makhluk-makhluk yang gagal di ujian try out. Akhir februari benar-benar tak adil kepada kami.
Pengumuman hasil try out minggu ini telah ditempel di papan informasi. Setelah try out sebelumnya lolos, namaku kali ini masuk kedalam daftar belajar lebih giat lagi. begitu pula Rick yang telah berlangganan sejak try out pertama. Tapi tak seperti biasanya, Rick tampak kesal sekali dengan hasil yang dia peroleh.
“sudahlah Rick. Seperti perkataanmu tempo hari, try out selanjutnya pasti kita lolos.”
Rick hanya diam, dia tampak serius sekali melihat daftar murid yang lolos.
Lalu tiba-tiba.
“kebodohan ini harus segera diakhiri boi!”
Tanpa banyak bicara dia seenaknya saja menyeretku menuju ke ruang Guru.
Entah apa yang ada dibenak Rick, ataupun yang ingin dilakukannya. Aku tak tahu. Yang jelas kini kita menuju meja Pak Zach, guru fisika kami. Dialah yang mendapat mandat dari kepala sekolah menyelenggarakan ujian try out.
“maaf pak, Bisa saya lihat nilai try out kami?”
“buat apa?” tanya pak zack heran.
“saya hanya ingin melihat mata pelajaran apa saja yang nilainya sudah bagus dan mana yang masih harus banyak belajar lagi.”
Lalu tanpa perasaan curiga Pak Zach menunjukkan daftar nilai-nilai kami. Akupun sempat melihat nilai matematikaku cuma dapat cacing kembar alias angka 33. Pantas saja aku tidak lolos. Sementara kulihat Rick tampak dengan teliti sekali melihat setiap nilai. Dia justru tak begitu peduli dengan nilai yang dia dapat, matanya serius memperhatikan nilai yang didapat teman-teman kami.
“jadi ini benar, nilai yang kami peroleh pak?”
“ia. Apakah nilai kamu sudah ketemu Rick?”
“sudah. Tapi pak kok saya liat Kai yang cuma dapat nilai fisika 3,35 lolos try out ya?” Rick meninggikan nada bicaranya.
“masak? mungkin kamu salah lihat kali.” Pak zach tampak kaget.
“tidak pak. Coba bapak lihat sendiri saja.”
“oh, maaf ya Mas. mungkin saya salah tulis ini.” pak zach menjawab dengan setengah gugup.
“oh gitu ya. Tapi kok Karen, Pupuri dan beberapa teman saya juga seperti itu ya? Mereka lolos padalah nilainya dibawah standar?” Rick semakin meninggikan suaranya.
“mas..sak sih…”
Tak pelak semua Guru yang ada di Ruangan mengarahkan pandangannya ke arah kami Setelah mendengar perdebatan seru antara Rich dengan pak zach. Begitu pula Pak Untung sajunto, kepala sekolah kami yang biasanya sibuk dengan akreditasi dan pencitraan sekolah secara kebetulan ada di situ. Lalu  mereka berbondong-bondong mengerubungi kami.
“ada apa ini Pak Zack, Tirta, dan kamu Rick?” tanya Pak untung.
Lalu seperti tanpa rasa berdosa Rick pun menjawab,
“ini pak, saya merasa kok teman-teman saya yang ikut bimbingan belajar ditempatnya pak Zach lolos try out semua. Padahal banyak diantara mereka nilainya tak memenuhi standar.”
Tak etis rasanya kalo aku menceritakan peristiwa selanjutnya. Yang jelas tak lama kemudian kami berdua meninggalkan wajah merah padam pak zack dan ruangan Guru dengan perasaan yang sulit kami ungkapkan.
“tega benar kau Rick.”
“hahaha.. Guru seperti itu sekali-kali harus dapat pelajaran Boi.”
***
Bisa dibilang dari semua guru yang ada di sekolah kami, Pak Barley, guru sejarah kami itu adalah Guru terbaik sekaligus guru favorit kami. Pribadinya yang rendah hati dan suka melucu membuat kami betah diajar  beliau. Apalagi disaat kami dijejali dengan soal-soal UN seperti sekarang ini, mata pelajaran sejarah sangat kami nantikan kehadirannya sebagai penghilang stress. Seperti hari ini misalnya.
“kalian tahu apa itu supersemar?”
“tahu pak, temannya superman kan” jawab Saibara asal.
“Semar yang super Pak” timpal anto polos.
Maka Pak Barley dan seisi kelas pun tertawa.
“Supersemar itu bukan temannya superman, apalagi tokoh pewayangan Semar yang punya kekuatan super. Tapi Supersemar adalah singkatan dari surat perintah sebelas maret.” Pak Barley menjelaskan.
“surat apa itu Pak” tanyaku polos.
“emm.. Cliff, kamu bisa membantu Tirta?”
“Supersemar ialah surat yang diberikan presiden Sukarno kepada Kolonel Suharto untuk menyelamatkan kondisi negara yang genting akibat pemberontakan PKI. Namun surat itu menjadi kontroversial karena sampai sekarang surat yang asli tak diketahui keberadaanya.”
“kok bisa seperti itu?’ tanya Anto penasaran.
“benar sekali apa yang dikatakan oleh cliff. Supersemar menjadi tanda berakhirnya era orde lama ke era orde baru. Namun supersemar yang ada sekarang hanyalah kopiannya. Dan sekarang supersemar yang ada terdapat berbagai versi.”
“Ada tokoh yang yang berpendapat Supersemar adalah bagian dari kudeta merangkak yang dilakukan oleh kolonel Suharto terhadap Sukarno.” Rick bersemangat.
“kalau begitu bisa jadi supersemar itu sebenarnya tidak ada?” Gray yang biasanya tidur ikut angkat bicara.
“bisa saja, maka tugas kalianlah para penerus bangsa ini untuk membuka lembaran sejarah yang masih suram ini.” Jawab Pak Barley bijak.
“kalau begitu aku ingin bikin Supersemar saja lah.” Ujar Anto polos.
Dan kelas sejarah hari ini ditutup dengan gegap tawa kami. Sejenak kami pun lupa bahwa esok kita akan menghadapi try out terakhir. Sebelum menghadapi ujian sebenarnya, Ujian Nasional.
***
Hasil try out Ujian nasional terakhir...
Seperti itulah kalimat yang terlontar dari pak Untung Sajunto pada saat Upacara Bendera senin ini. Tak seperti biasanya, hasil Try out kali ini tidak ditempel di papan info, tetapi dibacakan langsung oleh Pak untung, siapa saja yang gagal di try out terakhir kali ini.
Hatiku bergetar mendengar suara Pak untung yang agak serak, sehingga semakin terdengar mencekam di senin yang hening ini. Maka satu per satu nama disebutkan. Terdengar samar nama Kai, Karen dan Pupuri termasuk didalamnya. Hingga semua siswa dibacakan, namaku tak disebut.
Di try out yang terakhir ini aku berhasil lolos. Usahaku dengan belajar kelompok dengan Rick, Cliff dan Anto tiap malam selama ini ternyata tak sia-sia. Namun bukan itu yang buatku terkaget. Tak ku sangka, ternyata Rick juga termasuk murid yang namanya tadi tidak disebutkan.
“hebat kau Rick, kau buktikan kata-kata kau kemaren.”
“bukankah selama ini aku tak pernah bohong kepada kau Boi.” Jawab Rick sambil cengengesan.
“tapi aku curiga pada kau Rick.” gumam ku.
“Kau tahu Boi, selama ini aku diam-diam minta diajarin Mary matematika dan fisika, karena aku tahu persis dia gadis yang pintar dan baik hati.”
“licik sekali caramu itu. bagaimana cara kau mendekati gadis misterius itu?”
“gampang saja Boi, ku mengajarinya bikin puisi.”
 “hah. tak sekalian saja kau pacarin si mary? sepertinya kalian cocok. Satunya pendiam, satunya lagi setengah Gila.”
Rick pun tertawa sambil memperlihatkan gigi ompongnya padaku.
“tapi kau tau Boi, sebenarnya hal yang membuatku senang bukanlah keberhasilanku lolos try out terakhir ini, Tapi karena bendera keadilan telah kembali berkibar!”
 Benar apa kata Rick, bendera keadilan telah kembali berkibar.
“ihh sebel, sebel, sebel. Pupuri gak lulus.”
Sementara aku dan Rick menikmati euforia keadilan, kepala sekolah dan guru-guru tengah mengadakan rapat. Wajah-wajah serius dan cemas menghiasi rapat, tak terkecuali Pak Barley. Wajah beliau yang biasanya berseri kini tak lagi nampak. Semuanya kecewa. Ternyata hasil bagus try out selama ini hanya akal-akalan pak zach. Maka kenyataan pahit harus diterima, lebih dari lima puluh persen jumlah siswa keseluruhan tidak lulus.
“Saya tak ingin membahas lagi kenapa nilai siswa jeblok, kesalahan siapa, dan sebagainya. Yang terpenting bagi kita adalah bagaimana caranya kita menyelamatkan citra baik sekolah kita. Sekolah nomor satu di Tanjung yang setiap tahunnya, semua siswanya lulus 100 persen.”
Semua guru diam.
“Bagaimana Bu Ellen, apakah anda punya usulan?”
“melihat kondisi siswa sekarang, sedangkan UN sendiri tinggal menghitung hari. Sepertinya sulit untuk berharap lebih. Maaf pak Untung, saya pribadi sudah pasrah.”
“terimakasih Bu Ellen. Teman-teman Guru yang lain apakah punya usulan?”
“saya pak.”
“silahkan Pak Zach.”
“Bagaimana kalau kita melakukan strategi kita tahun lalu?”
“maksud bapak bikin ‘Supersemar’ lagi?
“sebentar pak Barley, saya jelaskan.”
“saya tidak setuju. Bukankah kita telah sepakat tidak memakai cara tak terhormat itu lagi?”
“ia saya tahu, tapi kondisinya tak seperti yang kita fikirkan dulu. Apakah pak Barley berani menjamin kalau sampai murid kita banyak yang tidak lulus, lalu tahun depan tak ada siswa yang mau mendaftar di sekolah ini lagi?”
“Menjamin apa? Bapak tidak malu berkata seperti itu? kondisi ini terjadi karena selama ini kita tertipu oleh hasil try out yang bapak manipulasi!”
“Pak Barley hanya pengampu mata pelajaran non UN, sejarah. Jadi tak tahu apa-apa bagaimana begok nya murid-murid itu.”
“maaf, sebagai seorang pendidik, tak pantas Pak Zach berkata seperti itu.”
“Pak Zach, Pak barley, tolong berhenti! Ini tempat rapat, bukan pasar. Sekarang, kondisi sekolah kita sedang gawat, bahkan Bu Ellen yang biasanya punya solusi mengaku sudah pasrah. Maka saya ingin bertanya sekali lagi, Apakah Pak barley tetap bersikukuh untuk tetap menolak?”
“saya tetap pada pendirian saya, lebih baik tak ada siswa yang lulus, dari pada kita melakukan cara yang memalukan itu lagi.”
“baik saya hargai Prinsip pak Barley. tapi saya ingin bertanya kepada para dewan guru sekalian. Melihat kondisi memperihatinkan murid-murid kita sekarang dan demi menyelamatkan nama baik sekolah kita ini, Apakah ada yang menolak usulan Pak zach seperti halnya Pak Barley?”
Semua diam tak ada sepatah katapun yang keluar. Hening.
“Baiklah, karena semua diam, saya anggap kalian semua setuju. Maka Saya putuskan, Usulan dari pak zach saya terima.”
Para guru pun mengangguk, tanda mengiyakkan.
“kepada pak Barley, saya harap bapak menerima keputusan para dewan guru ini.”
Pak Barley tak menanggapi. Diam.
“Kemudian untuk menindak lanjutinya, saya serahkan pak zach untuk menindak lanjuti supersemar ini.”
“siap pak!” jawab pak zach dengan tampak piciknya.
Sementara itu di kelas kami. berisi wajah-wajah UN yang tinggal dua minggu lagi ini. semakin banyak saja murid-murid yang betah berpacaran dengan soal-soal. Berdiskusi dari integral sampai limit, dari virus sampai monomer, atau dari hukum gravitasi Newton sampai Relativitas Eintein. Namun tak sedikit pula yang memilih tidur, melupakan sejenak hasil try out mereka yang berlambang keris mpu gendeng, bebek bekar gosong atau cacing kepanasan.
Disudut kelas, Rick tampak menonaktifkan program keisengannya, menikmati sejenak kemenangan dengan senyuman nyengir khasnya. Sementara aku, duduk sambil menatap jendela. Memandangi ruangan tempat dimana aku dan Rick mempermalukan Pak Zach tempo hari. Terdiam, memikirkan apa yang sedang mereka rapatkan disana?