31 Agustus 2015

Kata di dalam Celana















Ibuku bilang, tak semua kata harus terucap
Melainkan dapat kita simpan di dalam celana masing-masing
Bahkan jika kita membeli celana baru
Tak usah kita bercerita pada sesiapa


Saat lelap kata di dalam celana kerap gerah
Seolah peju, kata-kata meledak ke segala penjuru
Celakanya manakala salah tuju
Kata jadi api membakar celana yang baru basah


Aku masih terjaga sehabis mencuci celana
Bapak tertidur dengan sarung tanpa celana
Celana seperti rumah tinggal kata-kata
Kadang kata menemukan kehangatan
Kadang kata merasa sesak dan butuh pelampiasan
Kadang kita sebengal kata di dalam celana


Tapi adik bayi menangis tanpa dapat berkata
Saat ia tak tahan meminta lagi ganti celana



2015

30 Agustus 2015

Bayi Bulan


       
















     : untuk Hilal

Bayi yang baru lahir lebih bisa merasakan
Pilu-pahitnya bau obat, ngilu-sakitnya jarum
Tetes demi tetes air infus yang mengalir
Dan ketika nenek mengendong berkata,
“Engkau anak ibumu. Lelapmu itu sisa-sisa perih”


Bayi yang baru belajar menangis lebih berani
Mengejar hasratnya pada puting susu
Mengakui popoknya yang basah
Dan saat kakek tersenyum akan bilang,
“Engkau mirip ayahmu. Tangismu ingat kan keringat lelah”


Bayi masih terus mengenyut susu
Tangisnya seperti puisi yang tak habis dibaca
Ia hanya tahu,
Dirinya tak ingin terpisah dari puting dada ibu.


O, dengkur bayi yang tertidur di kamar rumah sakit adalah kidung dzikir 
di bawah bulan sabit yang mengintip lewat jedela  


2015

29 Agustus 2015

Pada Sepenggal Malam
















Ia kembali terjaga malam ini
Sementara pilunya ia sembunyikan dalam selimut
Seperti tak peduli pada dingin malam
Yang menelusup hatinya lewat celah jendela


Apakah ia mungkin tak dapat mengerti
Mengapa kalender begitu lugu
Bulan baru saja sekali sabit
Seolah yang paripurna hanyalah palsu


Malam semakin malam
Tubuhnya mungkin luka


2015