30 Januari 2011

KING KENNY RETURN



 “Yang bisa saya lakukan hanya menjanjikan kalau apa yang sudah saya lakukan saat mengikat kontrak untuk klub ini di tahun 1977 – bahwa mereka akan mendapat 100% tenaga dari Kenny Dalglish dan itu yang akan saya lakukan”.
Dua puluh satu tahun lalu kenny Dalglish bersama liverpool meraih trofi liga inggris untuk yang terakhir kalinya. Kini dia kembali menginjakkan kakinya di rumput Alfield dengan status yang sama seperti pada kala itu yakni sebagai manager The Reds. Pria pengoleksi 335 cap penampilan dengan 118 goal kala menjadi pemain itu adalah manager impian para liverpudlian. “King Kenny...King Kenny...” begitulah suara teriakan kekecewaan yang bergemuruh di Tribun kebesaran The Kop saat Liverpool harus berkali-kali tertunduk di musim ini. Dalglish pun akhirnya ditunjuk management menggantikan Hodgson yang dianggap gagal mengangkat peforma klub musim ini.
Namun kini “King Kenny” sebutan para fans, datang di saat yang sama sekali berbeda dengan dua puluh tahun yang lalu. Dia datang di kala si Merah mengalami masa-masa paling sulit dalam beberapa tahun terakhir. Liverpool kini tak lagi dianggap sebagai calon pemburu gelar liga, dan posisi sebagai salah satu anggota big four telah digantikan klub kaya raya The Citizent. Tentu saja rentetan hasil buruk yang diperoleh bersama manager Roy Hodgson telah menyakiti hati para pendukung setia The Reds. Namun itu tidak serta merta merupakan kesalahan tunggal Hodgson. Kesulitan keuangan dan utang klub yang membelit sehingga kesulitan membeli pemain yang berkualitas, ketergantungan pada duo sosok Gerrad dan Torres serta krisis kepercayaan diri para pemain punya andil besar buruknya peforma si Merah musim ini.

Kenny Dalglish adalah pemain dan manager tersukses dalam sejarah klub. Dia merupakan simbol kebesaran klub. Saat menjadi pemain, dia membawa Liverpool ke puncak kejayaan, merajai Inggris dan Eropa dengan enam gelar liga inggis, empat gelar piala liga, satu piala FA dan tiga trofi liga Champions. Dan ketika menjadi manager di tahun 1985-1991 dia mempersembahkan tiga trofi liga inggris dan dua trofi piala FA. Wajar bila begitu besar harapan klub dan fans yang disematkan pada pundak sang raja ketika ia kembali ke singgasananya. Kedatangannya diharapkan bakal membangkitkan kejayaan klub yang sudah sangat lama berlalu. Dalglish sendiri merasa senang ketika dia ditunjuk kembali menangani The Reds. “Adalah sebuah kehormatan diminta kembali (ke liverpool)” ujarnya kala itu.
Sepercik keraguan muncul di tengah harapan yang begitu besar. Setelah sepuluh tahun tak menangani klub, yakni terakhir kali menangani Celtic di tahun 2000, dinilai telah melunturkan daya magis seorang king kenny. Tanda-tanda itu kian terasa dengan kegagalannya memberikan kemenangan pertama buat The Reds dalam beberapa pertandingan yang telah dijalani. Diawali dengan Kekalahan yang sangat menyesakkan dari rival abadi mereka Manchester United, pada saat laga perdana yang diwarnai penalti kontroversial dan diusirnya the skipper Steven Gerrard keluar lapangan. Para fans harus kembali bersabar kala liverpool harus tertunduk setelah kalah 2-1 dari Blackpool, dan gagal memenagi pertandingan dalam derby Merseyside lawan Everton.
Tapi asa tetap membara di hati para Liverpudlian. Mereka masih yakin pria Skotlandia ini lah sosok yang paling tepat untuk menukangi Liverpool sekarang. Keterikatan emosi dan sejarah Dalglish dengan klub adalah alasan kuat mereka. Kenny sendiri berkata “Yang bisa saya lakukan hanya menjanjikan kalau apa yang sudah saya lakukan saat mengikat kontrak untuk klub ini di tahun 1977 – bahwa mereka akan mendapat 100% tenaga dari Kenny Dalglish dan itu yang akan saya lakukan”. Kepercayaan Kenny kepada para pemain muda seperti Martin Kelly, Jay Spearing, Daniel Pachecho dan Jonjo Shelvey menunjukkan bahwa ia serius ingin membangun sebuah Tim yang kuat.
Mungkin menunggu adalah kata yang tepat bagi para liverpudlian saat ini. Dalglish bukanlah seorang pesulap yang hanya dalam hitungan detik bisa menyulap The Reds menjadi tim yang kuat, Tapi dia adalah Raja bagi para Liverpudlian. Dan seorang raja pun butuh waktu untuk mengangkat kembali peforma The Reds. Tapi Sejujurnya seorang Raja tak pernah berdiri sendirian, ada para fans yang selalu setia mendukung The reds. Saat berjaya maupun terpuruk seperti sekarang, karna itu adalah nilai sebenarnya sebuah kecintaaan fans kepada klub. “You’ll Never Walk Alone king Kenny.” begitulah kira-kira kalimat yang pas dari para Liverpudlian buat king kenny.