2 Maret 2012

si Orto dan Juanda



Pada suatu hari di bulan maret, seorang mahasiswa dari kampung, sebut saja namanya Orto. Ditugaskan oleh mahagurunya sebuah misi. Ke sebuah tempat yang tak ia mengerti; rahasia, tersudut dan asing. Sebuah dunia kegelapan. Celakanya, ia disuruh mencari, bertanya, lalu berteman dengan makhluk-makhluk yang ada di tempat itu. Ah, sungguh mengerikan!
Untungnya, si Orto tak sendirian dalam misi tersebut. Tapi ditemani oleh gadis-gadis cantik. Mereka adalah Siti, Yuli, Ina, dan Puspita. Nama yang terakhir disebutkan tadi adalah orang yang akan mengantarkan mereka ke tempat misi mereka, dunia kegelapan. Dahulu, Puspita adalah bekas penghuni di sana!
Tanda-tanda tak mengenakan sudah terasa diawal misi mereka. Awalnya, kelima manusia itu berencana kumpul di halte Harmoni tepat pukul 8 pagi. Tapi, karena manusia pula, akhirnya molor sampai jam 9 pagi. Selebihnya adalah acara menunggu bus yang sangat menjengkelkan. Lama, lama sekali. Sampai-sampai si Orto punya ide brilian menyuruh Ina---berkacamata---untuk pura-pura menjadi seorang tuna netra, agar mereka diprioritaskan dalam antrian. Ah, dasar kau Orto.
Setelah berdiri di busway sekitar satu jam, ditambah perjalanan sekali naik angkot, akhirnya si Orto cs sampai di tempat misi tersebut. Suasana mencekam begitu terasa saat langkah-langkah kaki mereka kian dekat saja dengan lokasi. Rasa curiga, takut, asing dan penasaran campur aduk layaknya sebuah gadu-gado rasa. Dan akhirnya, sampailah mereka di tempat itu. sebuah papan bertuliskan “Mitra Netra” menyambut kedatangan mereka.

Ternyata Mitra Netra bukanlah sebuh tempat rahasia, tersudut dan asing. apalagi  sebuah dunia kegelapan. Mitra Netra adalah sebuah yayasan di daerah Lebak bulus. tempat anak-anak yang mengalami gangguan penglihatan belajar dan mengembangkan dirinya. Akademik dan non akademik. Seperti les matematika, bahasa inggris, musik, olah raga dan sebagainya. Di sanalah kelima civitas akademika itu melakukan observasi.
Lalu setelah bereuforia dengan kesan dan perasaan wahh yang mereka tangkap setibanya di Mitra Netra, mereka pun mulai menjalankan misi dari mahagurunya. Berburu, mencari, bertanya, lalu berteman dengan teman-teman tuna netra yang ada di sana. Tak terkecuali makhluk paling tampan diantara kelimanya, Orto. Si calon guru anak-anak unik.
Maka, sejauh mata ia memandang, pada Pria berbaju serba putih, bertubuh gempal. Rambutnya hitam lurus, berkulit putih, dengan rona dewasa tampak di wajahnya. Lelaki itu bernama Juanda.
Awal pertemuan; Si Orto dan Juanda masih saling canggung untuk bertegur sapa. Tapi rasa itu pun mulai hilang setelah keduanya sholat jum’at dan makan gulai bersama teman-teman lainnya. Apalagi juanda sama halnya seperti teman-teman tuna netra kebanyakan, pribadi yang mudah bergaul dan enak diajak bercanda. Dan tak butuh waktu lama, tali pertemanan sudah terjalin diantara keduanya.
Berawal dari bermain catur. Keduanya mulai bercerita kisah hidup masing-masing. tentang manis dan pahit hidup. Dan dari Sepatah dua patah kata, Si Orto pun mulai mengenal pribadi Juanda sebagai sosok yang unik.
Juanda atau nama lengkapnya Juanda Saputra lahir sekitar 18 tahun yang lalu. Tepatnya pada tanggal 11 januari 1992 di Lampung. Juanda kecil lahir dengan kondisi yang normal. Hari-hari awal kelahirannya merupakan hari bahagia bagi kedua orang tuanya. Bagi bayi selucu dan semunggil juanda.
Tapi itu tak lama. Sekitar usia 2 tahun, dia mengalami panas tinggi dan step yang menyerang kedua matanya. Penglihatannya pun kian hari kian berkurang. Dan tak lama berselang Juanda kecil didiagnosa dokter mengalami gangguan penglihatan akibat katarak. hari-hari gelap pun harus dilalui oleh anak sekecil juanda.
Masa-masa awal hidup juanda merupakan masa-masa paling sulit baginya. Menjadi tuna netra sejak kecil merupakan tantangan terbesar yang harus ia terima dan jalani. Untungnya Juanda bukanlah sosok yang mudah menyerah pada keadaan. Hidup adalah perjuangan, merupakan motto hidupnya yang telah membuatnya mampu melalui masa-masa sulitnya itu sampai sekarang. Hal itu pula yang membuatnya memutuskan pidah ke Jakarta saat kelas 4 SD.
Dari karakteristik yang si Orto tangkap. Juanda termasuk Tunanetra Totaly Blind. Mata sebelah kanannya lebih awas. Sejak operasi saat kelas tiga SMP, dia memiliki sedikit kemampuan melihatnya, sehingga ia dapat mengenal bentuk dan objek tertentu. Dapat melihat samar-samar tangan yang digerak-gerakkan di dekat matanya, juga bisa sedikit membedakan warna. Namun dia hanya mampu membaca huruf braile, tidak bisa membaca huruf awas.
Ada hal menarik yang Orto dapat, yang sayang untuk tidak diceritakan. Juanda adalah kekasih hati Mega, teman sekelas Orto. Ketika ditanya oleh si Orto kapan Juanda menjalin hubungan dengan Mega, dia hanya tertawa dan berkata, “dari dulu”. Si Orto pun bergumam, “Ah, indahnya cinta. Cinta tak hanya milik orang-orang awas, cinta juga milik teman-teman yang tidak awas. Jadi, Cinta itu buta? Atau Buta Itu cinta?”
***